Informasi ditingkat peternak
menyebutkan, serangan penyakit ini sangat mendadak. Kemudian
penularannya juga sangat cepat. Sedangkan apa yang menjadi penyebab
tumbuhnya penyakit ini juga tidak ada yang mengetahui. ‘’Kalau sudah
terserang, dipastikan bebek itu mati. Penyebaran penyakit ini juga
sangat cepat,’’ kata Romelan, salah seorang peternak bebek potong asal
Purwojati, Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan.
Romelan mengungkapkan, dalam musim
ternak bulan ini, dirinya menyebar benih di kandang sekitar 600 ekor.
Dia mendatangkan benih bebek potong itu dari Lumajang. ‘’Kami datangkan
benih dari penetasan yang ada di daerah sebelah. Saat itu kami membeli
600 ekor,’’ katanya.
Kemudian anakan bebek potong itu dirawat
dengan prosedur yang telah ditentukan. Mulai pakan yang terjamin hingga
kebeekrsihan kandang. Biasanya anakan bebek itu bisa dinikmati hasilnya
setelah usia 40 hari.
Namun tampaknya Romelan pun juga tidak
bisa menikmati hasil. Sebab ketika bebek masuk dalam usia 15 hari,
sudah banyak yang mati. Dengan cirri mata membiru. Jumlah ini terus
bertambah sampai usia 25 hari. ‘’Apa penyebabnya kami juga tidak tahu.
Pada usia itu jumlah kematian sangat banyak. Dalam 600 ekor tersebut
tersisa tak lebih dari 25 ekor,’’ katanya.
Tampaknya Romelan tidak sendirian. Edy
Suryanto pun juga mengalami hal yang sama. Peternak asal Dukuh Dempok
wuluhan ini juga menanggung kerugian yang tidak sedikit. Dalam sehari
bebek miliknya yang terserang si ‘mata biru’ dan mati sangat banyak.
‘’Sehari bisa mencapai 200 ekor. Pagi 100 sore 100 ekor,’’ ungkapnya.
Tak hanya di daerah Wuluhan, Shodig
salah seorang peternak bebek telur asal Sukorambi juga mengalami hal
yang sama. Kini bebeknya habis di serang penyakit dengan ciri mata biru.
‘’Dalam sekejap bebek saya mati. Dan apa penyebabnya juga tidak tahu.
Namun yang jelas saat mati, mata bebek berwarna biru,’’ katanya.
Kondisi ini juga dialami Sugiono.
Peternak asal Gumukmas itupun mengaku saat ini berhenti berternak bebek.
Meskipun permintaan daging untuk hewan ini sangat tinggi. Terpaksa dia
pun tidak biasaer melayani. ‘’Banyak pelanggan yang kecewa, tapi
bagaimana lagi, wong bebeknya mati semua,’’ kata Sugiono.
Sugiono pun mengungkapkan, dirinya juga
tidak habis pikir dengan banyaknya kematian bebek di kandangnya. Selama
bertahun-tahun dia beternak, belum pernah mengalami hal seperti ini.
Biasanya bebek itu tahan terhadap penyakit, kalaupun sakit mudah
disembuhkan. ‘’Tapi ini tidak, setiap kali terserang langsung mati,’’
katanya.
Hal lain juga diungkapkan Sunardi,
peternak bebek yang lain. Dia mengaku sudah bertahun-tahun beternak
bebek potong. Bahkan investasi untuk usaha ini juga tidak sedikit. Mulai
dari kandang hingga pakan di ciptakan mengutamakan mutu kesehatan.
‘’Masih banyak yang mati. Bahkan untuk minum bebek kami beri aqua, agar
lebih kuat,’’ ungkapnya.
Menurut Sunardi, sebagai peternak bebek
potong, dirinya memiliki puluhan ribu ekor. Dan bisa dikatakan setiap
hari panen. Namun kali ini tidak bisa dilakukan, karena banyak bebek
yang mati sebelum masa panen.
‘’Dalam satu kandang saya isi seribu
ekor bebek potong. Yang mati setiap harinya dua ratus ekor. Dalam waktu
tak lebih dari seminggu bebek saya habis. Kami rugi belasan juta,’’
ungkapnya.
Sunardi mengungkapkan, sampai saat ini
dirinya belum menemukan pencegahan untuk penyakit yang menimbulkan
ribuan bebek peternak mati. Sebab penyakit ini tergolong ganas dan baru.
‘’Saya konsultasi ke dinas peternakan. Katanya virus penyebabnya. Dan
dinamai virus mata biru,’’ katanya.
Menurut Sunardi, dari pengamatan yang
dilakukan, ketika bebek terserang, matanya tidak berungsi. Kemudian dia
tidak bisa melihat dan tidak bisa makan. Kondisi kesehtannya terus
menurun hingga akhirnya mati. ‘’Serangannya sangat cepat,’’ katanya.
Serangan yang paling rawan itu dialami
pada usia muda antara 15-25 hari. Dimana dalam masa ini, bebek
membutuhkan nutrisi yang tidak sedikit. Sebab bebek akan membentuk
daging dan bulu besar di tubuhnya.
Dengan banyak yang mati akhirnya banyak
peternak yang merugi. Setiap seribu bebek, peternak bisa rugi sampai
belasan juta. ‘’Kalau seribu habis, maka kerugiannya sampai Rp 17
jutaan,’’ katanya.
Apa yang dilakukan, Sunardi pun
mengungkapkan, saat ini dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau ada
yang mati segera diambil kemudian dibakar. Ini tak lain untuk membunuh
virus yang ada. Dirinya pernah membuang bangkai bebek di sungai. Namun
malah menjadi masalah, karena malah dianggap menyebarkan virus.
Selain itu, upaya yang dilakukan
pembersihan kandang. Untuk sementara waktu kandang di kosongkan. Ini
untuk stirilisasi dari virus yang ada. ‘’Ya sementara waktu dikosongkan
dulu,’’ ungkapnya.