LAMAN

Tuesday, April 9, 2013

Ratusan Bebek Mati Terserang si Mata Biru

wartajember.com - Para peternak bebek di Jember meradang dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini menyusul matinya ratusan bebek peliharaan mereka secara mendadak. Kematian itu disebabkan karena penyakit dengan ciri mata biru. Dari kondisi ini para peternak mengaku rugi.
Informasi ditingkat peternak menyebutkan, serangan penyakit ini sangat mendadak. Kemudian penularannya juga sangat cepat. Sedangkan apa yang menjadi penyebab tumbuhnya penyakit ini juga tidak ada yang mengetahui. ‘’Kalau sudah terserang, dipastikan bebek itu mati. Penyebaran penyakit ini juga sangat cepat,’’ kata Romelan, salah seorang peternak bebek potong asal Purwojati, Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan.
Romelan mengungkapkan, dalam musim ternak bulan ini, dirinya menyebar benih di kandang sekitar 600 ekor. Dia mendatangkan benih bebek potong itu dari Lumajang. ‘’Kami datangkan benih dari penetasan yang ada di daerah sebelah. Saat itu kami membeli 600 ekor,’’ katanya.
Kemudian anakan bebek potong itu dirawat dengan prosedur yang telah ditentukan. Mulai pakan yang terjamin hingga kebeekrsihan kandang. Biasanya anakan bebek itu bisa dinikmati hasilnya setelah usia 40 hari.
Namun tampaknya Romelan pun juga tidak bisa menikmati hasil. Sebab ketika bebek masuk dalam usia  15 hari, sudah banyak yang mati. Dengan cirri mata membiru. Jumlah ini terus bertambah sampai usia 25 hari. ‘’Apa penyebabnya kami juga tidak tahu. Pada usia itu jumlah kematian sangat banyak. Dalam 600 ekor tersebut tersisa tak lebih dari 25 ekor,’’ katanya.
Tampaknya Romelan tidak sendirian. Edy Suryanto pun juga mengalami hal yang sama. Peternak asal Dukuh Dempok wuluhan ini juga menanggung kerugian yang tidak sedikit. Dalam sehari bebek miliknya yang terserang si ‘mata biru’ dan mati sangat banyak. ‘’Sehari bisa mencapai 200 ekor. Pagi 100 sore 100 ekor,’’ ungkapnya.
Tak hanya di daerah Wuluhan, Shodig salah seorang peternak bebek telur asal Sukorambi juga mengalami hal yang sama. Kini bebeknya habis di serang penyakit dengan ciri mata biru. ‘’Dalam sekejap bebek saya mati. Dan apa penyebabnya juga tidak tahu. Namun yang jelas saat mati, mata bebek berwarna biru,’’ katanya.
Kondisi ini juga dialami Sugiono. Peternak asal Gumukmas itupun mengaku saat ini berhenti berternak bebek. Meskipun permintaan daging untuk hewan ini sangat tinggi. Terpaksa dia pun tidak biasaer melayani. ‘’Banyak pelanggan yang kecewa, tapi bagaimana lagi, wong bebeknya mati semua,’’ kata Sugiono.
Sugiono pun mengungkapkan, dirinya juga tidak habis pikir dengan banyaknya kematian bebek di kandangnya. Selama bertahun-tahun dia beternak, belum pernah mengalami hal seperti ini. Biasanya bebek itu tahan terhadap penyakit, kalaupun sakit mudah disembuhkan. ‘’Tapi ini tidak, setiap kali terserang langsung mati,’’ katanya.
Hal lain juga diungkapkan Sunardi, peternak bebek yang lain. Dia mengaku sudah bertahun-tahun beternak bebek potong. Bahkan investasi untuk usaha ini juga tidak sedikit. Mulai dari kandang hingga pakan di ciptakan mengutamakan mutu kesehatan. ‘’Masih banyak yang mati. Bahkan untuk minum bebek kami beri aqua, agar lebih kuat,’’ ungkapnya.
Menurut Sunardi, sebagai peternak bebek potong, dirinya memiliki puluhan ribu ekor. Dan bisa dikatakan setiap hari panen. Namun kali ini tidak bisa dilakukan, karena banyak bebek yang mati sebelum masa panen.
‘’Dalam satu kandang saya isi seribu ekor bebek potong. Yang mati setiap harinya dua ratus ekor. Dalam waktu tak lebih dari seminggu bebek saya habis. Kami rugi belasan juta,’’ ungkapnya.
Sunardi mengungkapkan, sampai saat ini dirinya belum menemukan pencegahan untuk penyakit yang menimbulkan ribuan bebek peternak mati. Sebab penyakit ini tergolong ganas dan baru. ‘’Saya konsultasi ke dinas peternakan. Katanya virus penyebabnya. Dan dinamai virus mata biru,’’ katanya.
Menurut Sunardi, dari pengamatan yang dilakukan, ketika bebek terserang, matanya tidak berungsi. Kemudian dia tidak bisa melihat dan tidak bisa makan. Kondisi kesehtannya terus menurun hingga akhirnya mati. ‘’Serangannya sangat cepat,’’ katanya.
Serangan yang paling rawan itu dialami pada usia muda antara 15-25 hari. Dimana dalam masa ini, bebek membutuhkan nutrisi yang tidak sedikit. Sebab bebek akan membentuk daging dan bulu besar di tubuhnya.
Dengan banyak yang mati akhirnya banyak peternak yang merugi. Setiap seribu bebek, peternak bisa rugi sampai belasan juta. ‘’Kalau seribu habis, maka kerugiannya sampai Rp 17 jutaan,’’ katanya.
Apa yang dilakukan, Sunardi pun mengungkapkan, saat ini dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau ada yang mati segera diambil kemudian dibakar. Ini tak lain untuk membunuh virus yang ada. Dirinya pernah membuang bangkai bebek di sungai. Namun malah menjadi masalah, karena malah dianggap menyebarkan virus.
Selain itu, upaya yang dilakukan pembersihan kandang. Untuk sementara waktu kandang di kosongkan. Ini untuk stirilisasi dari virus yang ada. ‘’Ya sementara waktu dikosongkan dulu,’’ ungkapnya.

MAU PASANG IKLAN

Email aja :
soni_lutfi12@yahoo.com
sonilutfi@gmail.com

HP : 083 847 821 125
Contak kami ya ...